KUALA   KAPUAS – Dua orang penyelam tradisional temukan keris dan kacip  raksasa  sepanjang 1,5 meter disungai Kapuas, tepatnya di bawah jembatan  Pulau  Telo, Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas……
Warga   Kelurahan Murung Keramat, pada Kamis (9/7) lalu, digegerkan dengan   penemuan keris dan kacip atau pisau pembelah buah pinang raksasa oleh   dua orang penyelam tradisional yakni Wawan (21) dan Yanto (28) warga RT 2   Kelurahan Murung Keramat, sekitar pukul 15.00 wib.
Penemuan   itu pun berawal, ketika keduanya sekitar pukul 10.00 wib berangkat   melakukan rutinitas sebagai penyelam di sungai Kapuas untuk mencari   benda-benda di dasar sungai seperti kayu, besi, dan barang lainnya yang   memiliki nilai jual.
Dengan  menggunakan perahu  kelotok, Wawan dan Yanto mendatangi lokasi  penyelaman, dengan  menggunakan peralatan penyelaman, seperti kompresor.  Ketika itu, Wawan  bertugas selaku penyelaman, sedangkan Yanto menjaga  perahu dengan  mengontrol kompresor sebagai alat bantu pernapasan.
Setelah   beberapa jam menyelam, sekitar pukul 15.00 wib, Wawan muncul diatas   permukaan sungai dengan membawa sebatang besi yang berbentuk senjata   keris. Wawan mengaku terkejut ketika mengetahui benda yang didapatnya   itu adalah benda yang berupa senjata keris yang mempunyai tujuh kelokan   dengan ukuran yang sangat besar.
“Saya   terkejut ketika benda yang saya dapatkan setelah diangkat ternyata   sebuah keris yang ukurannnya besar sekali. Seumur hidup baru kali ini   saja yang melihat keris seukuran raksasa,” ujar Wawan ditemui wartawan   dikedimannya, Minggu (19/7).
Setelah  mendapatkan  benda tersebut, mereka berdua tidak langsung pulang, namun  mencoba  kembali menyelam dengan rasa penasaran bahwa masih terdapat  benda  lainnya. Dan ternyata benar, Wawan menemukan kembali sebatang  besi yang  berbentuk kacip atau alat untuk membelah buah pinang, yang  juga  berukuran raksasa, tak jauh dari lokasi ditemukannya keris.
Penemuannya   itu pun kemudian dibawanya pulang kerumah, warga pun lalu   berbondong-bondong menyaksikan dari dekat hasil temuan Wawan dan Yanto   tersebut. kesempatan itupun tak disia-siakan oleh Wawan dengan membuka   kotak amal dirumahnya.
Sementara  itu, besi yang  berbentuk keris itu memiliki ukiran-ukiran unik di  pangkalnya, namun  gagang keris tersebut tidak ada. Demikian juga dengan  kacip, bagian  ujungnya berbentuk menyerupai burung tingang ciri khas  Dayak Kalteng.
Menurut wawan, terdapat beberapa kejanggalan ketika para pengunjung ada yang berani menyentuh keris tersebut, tangan mereka seperti kaku ketika menyentuh besi-besi yang diperkirakan telah berumur 300 tahun lamanya. Karena itu, Wawan pun belum berminat untuk menjual keris dan kacip raksasa hasil temuannya itu.
“Yang  ingin membeli  sih banyak, cuma saya tak berniat menjualnya dulu,  karena saya belum  mendapatkan petunjuk, baik dari mimpi maupun bisikan  gaib,” katanya.  (cbn/Kzone)
Bisa Jadi, Berkaitan dengan Sejarah   Kerajaan Bataguh

Sebilah  keris raksasa ditemukan di  Sungai Kapuas, tepatnya di wilayah  Kelurahan Pulau Telo, Kecamatan  Selat, Kabupaten Kapuas, Kalimantan  Tengah, Kamis, 16 Juli lalu.  Kalangan tokoh adat dan ahli sejarah pun  membahas penemuan yang  tergolong langka tersebut.
Kesimpulan   sementara, senjata tradisional khas Indonesia itu berkaitan dengan   Kerajaan Bataguh yang diyakini pernah berdiri di Kapuas. ”Saat itu,   Kerajaan Bataguh dipimpin Nyai Undang,” ungkap Manli, salah seorang   tokoh adat Dayak.
Bentuknya  memang bukan senjata  khas warga Dayak, Kalimantan Tengah.  Diperkirakan, senjata tersebut ikut  tenggelam bersama kapal yang bisa  jadi menyerang Kerajaan Bataguh.  Peperangan itu diperkirakan terjadi  sekitar 1400 Masehi. ”Kerajaan  Bataguh mempunyai luasan yang besar di  Kapuas, dan Pulau Telo adalah  salah satunya,” ujar Manli.
Dia  menjelaskan,  sebelumnya juga pernah ditemukan meriam di Sungai Kapuas  dan tidak jauh  dari Pulau Telo. Tepatnya di Mandomai, Kecamatan Kapuas  Barat. Temuan  tersebut memperkuat analisis sejarah tentang adanya  peperangan Kerajaan  Bataguh dengan orang asing.
Di  ujung keris  raksasa yang ditemukan itu terdapat tujuh lubang. Konon,  lubang tersebut  menunjukkan bahwa keris itu sudah memakan nyawa orang.  ”Seperti halnya  senjata khas Dayak mandau, apabila terdapat lubang di  ujungnya, itu  menandakan bahwa senjata tersebut pernah menghilangkan  nyawa seseorang,”  ujarnya.
Ketua  Dewan Adat Dayak Kabupaten  Kapuas Anggie Ruhan menyatakan hal yang  sama. Dia juga menduga adanya  kaitan antara keris tersebut dan Kerajaan  Bataguh. Kedua benda itu  diperkirakan berumur 300 tahun lebih.
Dikatakan,   penemu benda itu disebut ”ketuahan” (keberuntungan) dalam bahasa Dayak   karena tidak semua orang bisa mendapatkan. ”Benda tersebut mempunyai   daya magis. Penemu merupakan orang terpilih,” katanya.
Berkaitan   dengan beberapa temuan bersejarah itu, dia menyarankan pembangunan   museum di sekitar Kapuas. Dengan begitu, benda-benda bersejarah yang   ditemukan bisa tersimpan dengan aman. ”Beberapa kali usul pembangunan   museum telah diajukan, namun hingga kini tak kunjung realisasi,”   ungkapnya.
Menurut  dia, museum berfungsi  sebagai pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah.  Juga dapat menjadi  pusat perkenalan kebudayaan antardaerah dan  antarbangsa serta sebagai  media pembinaan pendidikan kesenian dan llmu  pengetahuan.
Keris   raksasa itu ditemukan penyelam tradisional, Wawan, 21, dan temannya,   Yanto, 28, di Sungai Kapuas, Kelurahan Pulau Telo, Kecamatan Selat,   Kabupaten Kapuas. Keris sepanjang 1,3 meter tersebut berada di bawah   jembatan Pulau Telo.
Sejauh  ini, kata Wawan, belum ada yang  menawar keris itu. Dia pun berlum  berniat menjual. ”Banyak warga yang  berdatangan untuk melihat-lihat  saja,” ujar Wawan saat dihubungi Kapos(ria/jpnn/ruk)JAWA  POS  melalui  telepon. 

Tidak ada komentar:
Posting Komentar